Atlet Wonogiri Hanya Jadi Penggembira di Popda Jateng Gegara Tak Didaftarkan Disporapar

by Abdul Manar

Wonogiri-kabarwonogiri.com-Atlet dari Wonogiri hanya berstatus sebagai penggembira pada Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) SD/SMP tingkat Provinsi Jawa Tengah 2024. Hal itu terjadi karena mereka tidak didaftarkan oleh Dinas Kepemudaan dan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Wonogiri.

Popda SD/SMP tingkat Provinsi Jawa Tengah 2024 dilaksanakan pada 4-7 November 2024. Jumlah atlet dan official dari Wonogiri yang rencananya akan ikut dalam ajang tersebut sebanyak 107 orang.

Berdasar informasi yang dihimpun kabarwonogiri.com kasus itu terjadi karena operator di Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Wonogiri tidak menginput data peserta POPDA ke sistem pendaftaran.

Akibatnya, para atlet itu tak terdaftar sebagai peserta resmi. Meski demikian, sebagian atlet tetap berangkat dan bisa bertanding tapi harus rela bisa mendapat sertifikat atau medali.

“Dengan segenap kerendahan hati, kami menyampaikan permohonan maaf atas kelalaian, kealpaan, ketidakprofesionalan salah satu OPD teknis kami,” kata Bupati Wonogiri Joko Sutopo Rabu (6/11/2024).

Ia mengaku sudah memanggil operator beserta pihak Disporapar Wonogiri. Operator mengaku lupa tak mendaftarkan pada sistem yang disediakan.

“Pengakuan lupa, saya tidak bisa menerima alasan seperti itu. Berarti ada fungsi kontrol yang tidak berjalan dengan baik,” ungkap pria yang akrab disapa Jekek.

Ia menuturkan ada delapan cabor yang dipertandingkan dalam POPDA SD/SMP tingkat Jateng yang diselenggarakan pada 4-7 November 2024 itu.

Diantaranya adalah atletik, bulutangkis, pencak silat, taekwondo, karate, panahan, renang dan wushu. Dari delapan cabor itu, Jekek menerima informasi hanya 6 cabor yang tetap bisa berangkat ke Semarang.

“Saya pertanyakan 6 itu yang seperti apa, apakah itu nanti mempunyai hak yang sama, apakah itu nanti mempunyai kedudukan yang sama atau seperti apa,” ujarnya.

Menurut jawaban dari Disporapar Wonogiri, kata dia, 6 cabor itu hanya bisa mengikuti pertandingan sampai babak kualifikasi, tidak sampai babak eliminasi.

Meskipun atlet Wonogiri mendapat poin tertinggi di babak kualifikasi, mereka tak bisa melanjutkan pertandingan di babak gugur.

“Ini namanya bukan pertandingan, coba bayangkan atlet berlatih terus kualifikasinya oke, skoring tinggi terus tidak bisa masuk eliminasi bahasanya,” katanya.

Dengan kondisi itu, saat itu ia berpandangan lebih baik tidak berangkat mengikuti POPDA demi menjaga mental atlet yang masih anak-anak.

Namun, keputusan atlet Wonogiri tetap berangkat berdasarkan hasil pertemuan para cabor dengan orang tua para atlet.

“Mereka sepakat dengan hasil mediasi antara Kabupaten dengan Provinsi. Itu sudah disampaikan dan orang tua oke untuk berangkat,” kata Jekek.

Jekek mengatakan kejadian itu sekaligus menjadi evaluasi bagi penyelenggaraan, kerja dan kinerja pemerintahan Kabupaten Wonogiri.

“Saya sebagai bupati bertanggung jawab untuk itu karena itu bagian dari perangkat kerja kami. Maka sekali lagi kami mohon maaf sekaligus mohon sumbang saran masukan, untuk kami bisa melakukan perbaikan atas terjadinya kelalaian,” imbuhnya.

Ia memahami perasaan kecewa dari para pelaku olahraga, termasuk atlet dan para orang tua serta masyarakat Wonogiri atas polemik itu.

“Sekali lagi kami mengucapkan permohonan maaf, dan satu harapan nanti ada solusi terbaik, solusi yang kita sepakati bersama,” ujar Jekek.

Related Posts

Leave a Comment