Wonogiri-kabarwonogiri.com-Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di Wonogiri membuat peternak sapi khawatir. Banyak petani yang menjual sapi peliharaannya dengan harga murah demi terhindar dari PMK.
Maraknya PMK di Wonogiri membuat Pemkab Wonogiri menutup aktivitas jual-beli di seluruh pasar hewan yang ada di Wonogiri. Penutupan dilakukan mulai 3-16 Januari 2025.
Pedagang atau blantik sapi asal Kecamatan Manyaran Wonogiri, Mardi, mengatakan virus PMK yang mewabah di Wonogiri berdampak pada perekonomian warga. Sebab adanya penutupan pasar membuat pedagang tidak bisa beraktivitas jual-beli seperti biasanya.
“Sekarang bisanya menerima order dari petani langsung, online. Dari orang ke oranf lain (tidak bisa transaksi di pasar),” kata Mardi kepada kabarwonogiri.com, Sabtu (11/1/2025).
Adanya wabah PMK, kata dia, membuat harga jual sapi anjlok. Harga normal satu ekor sapi yang biasanya mencapai Rp 15 juta bisa turun menjadi Rp 11 juta. Sehingga ada penurunan antara 25-30 persen.
“Turun drastis harganya, baik sapi bibit maupun pedaging,” ungkap dia.
Menurut Mardi, saat ini di tengah masyarakat terjadi kepanikan akibat wabah PMK. Sebagian warga lebih memilih menjual sapinya dalam kondisi sehat dengan harga murah. Hal itu dilakukan karena mereka takut sapinya terjangkit PMK.
“Sapi sehat karena lingkungannya terkena PMK dan ada yang mati, akhirnya sapi yang sehat dijual. Tidak terjangkit PMK langsung dijual ke blantik dan diteruskan ke jagal,” jelas Mardi.
“Adanya kekhawatiran, takut dari pada sapi mati hilang, mending dijual. Banyak yang ikut jual, apalagi terkena PMK langsung dijual,” imbuhnya.
Ia menuturkan, ada satu dusun di Kecamatan Eromoko yang warganya hampir semua menjual sapi. Sebab di kampung itu banyak sapi yang mati karena PMK dan warganya panik.
Mardi menambahkan, harga sapi yang terjangkit PMK bisa turun hingga Rp 5 juta dari harga normal. Bahkan bisa lebih dari angka itu.
“Blantik di daerah tertentu yang penyebaran PMK-nya pesat getol melakukan transaksi. Salah satunya di Eromoko,” kata Mardi.