Kasus DBD di Wonogiri Meningkat,3 Orang Meninggal Dunai

by Tarmuji

Wonogiri-kabarwonogiri.com- Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri mencatatkan ada puluhan kasus demam berdarah dengue (DBD) di awal tahun 2024 ini.Adapun tiga kecamatan yakni Kecamatan Pracimantoro,Baturetno dan Girimarto disebut wilayah endemis DBD. Dari temuan itu, ada tiga yang meninggal dunia.

“Wonogiri itu adalah salah satu Kabupaten di Jawa Tengah endemis DBD. Siklusnya ini kan ada peningkatan ya. Ini sudah 43 kasus, kemudian tiga meninggal dunia,” ujar Kepala Dinkes Wonogiri Setyarini,Jumat(8/3).

Disampaikan,hingga pekan pertama bulan Maret total sudah ada 43 kasus DBD di Wonogiri.Pihaknya takmenampik jika ada peningkatan kasus DBD di Wonogiri.

Padahal kata Setyarini,di akhir Februari 2024 lalu, pihaknya mencatat ada 24 kasus DBD yang tiga penderita diantaranya. Atas kondisi itu, Setyarini tak memungkiri ada peningkatan yang cukup cepat.

Setyarini menyebut pihaknya sudah melakukan penelitian di delapan kecamatan. Penderita di delapan kecamatan itu diambil sampelnya untuk diperiksakan.

“Masyarakat harus PSN (pemberantasan sarang nyamuk). Kami melakukan penelitian, macam-macam obat fogging itu sudah banyak yang resisten nyamuknya,” jelasnya.

Dengan begitu, apabila hanya melakukan fogging, menurutnya tidak efektif. Pasalnya fogging hanya membunuh nyamuk dewasa.

“Fogging tidak efektif karena hanya membunuh nyamuk dewasa. Karena kan seharusnya dibunuh sesuai siklus hidup, dari mulai telur, larva jadi nyamuk harusnya mati semua,” terangnya.

Dia menegaskan, pencegahan paling utama dan paling mudah bisa dilakukan dengan PSN. Pada Jumat (8/3/2024) mencanangkan gerakan serentak PSN di Kelurahan Giriwono, Kecamatan Wonogiri Kota.

Sementara itu, Setyarini menyebut sebaran kasus DBD terbanyak menurutnya berada di Kecamatan Baturetno, Girimarto dan Pracimantoro.

“Baturetno itu ada 13 kasus, Pracimantoro ada 9. Yang meninggal di Kecamatan Girimarto, Pracimantoro dan Baturetno,” ujarnya.

Saat ditanya awak media apakah perlu memberlakukan kasus luar biasa (KLB) dengan adanya peningkatan temuan DBD itu, Setyarini menyebut KLB diberlakukan saat sekian lama tidak ada kasus, lalu tiba-tiba ada kasus.

“Setiap tahun ada kasus kan, namanya endemis. Tiga tahun berturut-turut ini ada,” pungkasnya.

Related Posts

Leave a Comment