Wonogiri-kabarwonogiri.com-Wisnu Tri Pranoto (43) seorang wartawan asal Wonogiri yang kini mempunyai kesibukan sampingan di luar tugasnya sebagai jurnalis. Saat ini ia beternak domba dengan jumlah mencapai ratusan ekor.
Noto, sapaan akrabnya berternak domba di dekat rumahnya yang beralamat di Dusun Logung RT 02 RW 14 Desa Kerjo Lor, Kecamatan Ngadirojo, Wonogiri.
Noto bekerja di dunia jurnalistik sejak 2007. Ia merupakan wartawan TATV. Sebelum di Wonogiri, ia bertugas di wilayah Kabupaten Sragen.
Meski wartawan sudah menjadi passionnya, Noto berkeinginan merintis usaha. Akhirnya ia memutuskan untuk beternak domba atau wedhus gembel.
“Nostalgia juga, waktu kecil saya juga angon. Pernah diberi simbah saya wedhus. Kemudian saya merintis usaha ini,” kata Noto kepada kabarwonogiri.com, Kamis (13/3/2025).
Ia menceritakan jika awal mula dirinya merintis usaha ternak karena faktor ekonomi. Menurutnya, menjadi wartawan ke depan jika tidak digaji secara serius oleh media maka akan sangat sulit.
“Saya butuh sambinan dan akhirnya memilih beternak domba. Karena saya juga suka beternak domba,” ungkap dia.
Noto merintis usaha ternaknya sejak 10 tahun lalu. Saat itu ia membeli 20 ekor domba dengan jenis kelalin pejantan. Domba-domba itu dipelihara hingga dijual kembali saat Idul Adha.
Usaha itu semakin berkembang. Jumlah domba yang dipelihara semakin banyak. Mulia dari 50 ekor bertambah menjadi 150. Kemudian, dia memilih menjadi breeder. Saat ini dombanya berjumlah 500 ekor.
“Kandang ini kalau dimaksimalkan bisa 1.000 ekor,” kata Noto.
Dari bisnisnya itu, Noto bisa meraup cuan. Jika dia bisa menjual 300 ekor domba, keuntungannya Rp 7,5 juta. Namun itu masih dikurangi untuk gaji karyawan di peternakan. Keuntungan Rp 4 juta bisa didapatkannya. Beberapa tahun terakhir ini, Noto mencoba menjual pakan ternak.
Hingga kini Noto masih mencintai pekerjaannya sebagai wartawan. Dari wartawan ia bisa belajar bagaimana menjalin relasi dengan calon pembeli.
Noto mengajak wartawan untuk bisa melihat potensi bisnis ke depannya. Sebab, perkembangan zaman bisa berpengaruh di bisnis media massa. Apalagi soal kesejahteraan para wartawan.
“Perusahaan media juga harus merawat karyawan-karyawannya. Toh ini juga demi keberlangsungan media itu sendiri. Yang lebih besar, media itu juga punya tugas sebagai fungsi kontrol dari masyarakat juga,” ujarnya.
Noto berharap, ke depannya profesi wartawan tak dijauhi oleh para lulusan baru. Karena itu perusahaan media juga harus peduli.
“Jika sampai tak ada regenerasi wartawan, maka fungsi kontrol juga bisa hilang,” tandas Noto.