Wonogiri-kabarwonogiri.com-Larung Ageng atau upacara menyambut pergantian tahun jawa ( 1 Sura) yang dilakukan masyarakat Kecamatan Paranggupito diPantai Sembukan diklaim sebagai sebuah warisan budaya.Dari keyakinan masyarakat,sesaji yang dilarung ke laut selatan itupun memiliki makna sakral dibaliknya,sehingga sesaji harus memenuhi kriteria yang sudah ditentukan turun temurun.
.
Kepala Desa Paranggupito Dwi Hartono menjelaskan,sesaji yang dilarung ke laut Selatan disaat prosesi Larung Ageng diantaranya adalah kepala sapi jantan warna putih,empat buah kaki sapi beserta ekornya.Selain itu juga ada arak-arakan hasil bumi yang dibagi-bagikan kepada pengunjung.
“Kepala sapi,empat kaki sapi dan ekornya ini dilarung ke laut selatan.Prosesi ini merupakan sebuah simbol bahwa kami masih melestarikan budaya jawa khususnya dari Keraton Surakarta.Dulu,ritual ini namanya ‘tedakan’.Bahkan,sampai saat ini upacara Larung Ageng masih sama persis jaman dahulu,” kata Dwi Hartono saat dijumpai awak media di Pantai Sembukan Kecamatan Paranggupito,Sabtu(6/7).
Menurut Dwi,prosesi Larung Ageng digelar sejak pukul 13.00 WIB.Dimana sebelum larung sesaji ke laut dimulai digelar sejumlah kesenian tradisional diarea parkir pantai Sembukan.
Bicara soal sesaji tutur Dwi,ada sejumlah makna yang tersimpan didalamnya.Hal itu terlepas dari sisi mitosnya.
“Iya ada maknanya.Sesaji kepala sapi jantan putih misalnya,itu merupakan sebuah filosofi dimana kepala adalah simbol pemikiran dalam mencari solusi.Lalu empat kaki sapi,artinya kaki adalah sebagai pijakan yang kuat dalam menyusun strategi dikehidupan mendatang,” kata dia.
Sementara itu sesaji berupa ekor sapi kata Dwi,memiliki makna dimana ekor sapi adalah penyelamat.
“Semisal digigit ular,nyamuk dan lalat.Ekor sapi ini akan digerakkan untuk menghalau dan menyelamatkannya.Kemudian daging sapi yang disembelih itu tadi dibagi-bagikan untuk pesta rakyat,berbagi sebagai bentuk puji syukur kami,” tuturnya.
Dwi menyebut adanya ritual Larung Ageng adalah sebuah motivasi yang ditinggalkan oleh para pendahulunya.
“Masyarakat kami ini kan petani nelayan.Sehingga prosesi ini dibarengi hasil bumi dan hewan ternak.Karena pada musim tertentu laut akan memunculkan potensinya yang berguna bagi masyarakat kami,” katanya.
Makna paling penting didalam ritual ini adalah agar petani nelayan mendapatkan berkah dan keselamatan dari Tuhan.
“Terlepas dari itu,memang ada keyakinan masyarakat bahwa pantai Sembukan ini ada penunggunya.Dari kaca mata spiritual Sembukan ini adalah gerbang gaib ke 13 menuju Keraton Laut Selatan,” jelasnya.
Lebihlanjut Dwi mengatakan,Larung Ageng sendiri sudah mendarah daging bagi masyarakat Desa Paranggupito.Bahkan,ada keyakinan dimasyarakat jika meninggalkan sejarah itu bakal terjadi malapetaka.Oleh sebab itu selaku Kades dirinya menyikapi hal demikian dengan bijak.
“Kalau doanya niat baik maka akan diijabah,” katanya.
Saat ditanya dari keyakinan masyarakat apakah ada pertanda sesaji yang dilarung diterima Ratu Selatan?menurut Dwi ada tanda-tanda khusus yang diyakini jika sesaji itu sudah diterima.
“Jadi ada gelombang besar yang menghampiri saat sesaji akan dilarung.Kemudian ada ombak besar yang menarik sesaji dan itu langsung,larungan diterima,” paparnya.
Pihaknya mengaku dalam persiapan sesaji harus benar sesuai kriteria yang sudah ditentukan.Namun apabila ada sesaji yang kurang atau salah maka sesaji tidak akan diterima laut dan dikembalikan lagi ke daratan.
“Pernah,tujuh tahun lalu itu ada kejadian yang takmasuk akal.Waktu itu kan kesulitan dalam hal anggaran.Sehingga,untuk sesaji berupa kepala sapi dan lainnya itu beli dipasar,jadi tidak menyembelih sendiri.Betina atau jantan kan ndak ketahuan.Percaya atau tidak,saat kami larung sesaji itu kembali lagi ke daratan,tiga kali dilarung.Akhirnya kita biarkan membusuk dipinggir pantai,” paparnya.
Usai kejadian itu imbuh Dwi,takberapa lama kemudian ada hewan ternak warga dikawasan itu mati berurutan.
” Semua itu ada hikmahnya.Secara kasat mata ini memberi sugesti dimasyarakat.Selain hewan ternak mati,dulu ada warga yang kesurupan,sehingga membuat warga ketakutan,” pungkasnya.