Misteri Pangeran Kajoran dan Bumi Angker Jatiroto,Wonogiri

by Tarmuji

Foto: Petilasan Mbah Kajoran di Desa Pengkol Kecamatan Jatiroto,Wonogiri(istimewa)

Wonogiri-kabarwonogiri.com – Kawasan Bumi Angker Desa Pengkol Kecamatan Jatiroto Wonogiri memiliki sejarah dan merupakan petilasan Pengeran Kajoran, seorang putra raja dari Keraton Surakarta Hadiningrat.

Kepala Desa Pengkol sekaligus sesepuh desa setempat, Sularto mengatakan sejarah Bumi Angker berawal dari kedatangan Mbah Kajoran di wilayah Desa Pengkol. Mbah Kajoran merupakan seorang putra raja dari Keraton Surakarta Hadiningrat.

Berdasarkan cerita dari nenek moyang, pada zaman penjajahan Belanda Pangeran Kajoran tidak mau diajak kerjasama dengan penjajah. Kemudian ia memutuskan untuk keluar dari keraton dan pergi memgembara di Pulau Jawa.

“Dalam perjalanannya, Mbah Kajoran singgah di Pengkol. Tapi dulu belum ada nama Desa Pengkol di sini,” kata Sularto belum lama ini.

Petilasan Mbah Kajoran yang saat ini masih bisa dilihat berupa makam,dan sebidang tanah seluas 600 meter persegi. Peninggalan rumah itu berdekatan dengan makam Mbah Kajoran. Sementara itu, kawasan Bumi Angker masuk di wilayah Dusun Pengkol dan Dusun Wates. Adapun luasnya sekitar 15 hektare. Kawasan itu berupa persawahan dan permukiman.

“Mbah Kajoran waktu ndak diajak kerjasama dengan penjajah,dia kemudian bersumpah.Pada intinya sabda itu berbunyi ‘Kalau suatu saat dia (penjajah) menginjak kaki di sini akan menerima walat’. Walat itu tidak selamat dan sebagainya,” jelasnya.

Menurutnya, jika sesorang akan ke Bumi Angker dengan niatan baik dan mendoakan Mbah Kajoran, maka tidak akan terjadi apa-apa. Namun jika dari rumah mempunyai niatan jelek tidak akan sampai. Bahkan saat pulang bisa mendapat musibah.

Sularto menceritakan, pada zaman penjajahan pasukan Belanda melewati Bumi Angker tepatnya di Dusun Wates. Orang Belanda itu melewati sawah, padahal ada jalan. Pasukan itu hanya memutar terus dan tidak bisa masuk Pengkol.

“Kalau dinamakan Bumi Angker itu karena sabda dari Mbah Kajoran itu tadi. Karena sabdanya itu terjadilah Bumi Angker,” kata Sularto.

Lebihlanjut Sularto mengatakan,saat berkunjung ke petilasan Mbah Kajoran ada pantangan yang wajib dipatuhi.Diantaranya dilarang buang sampah atau kencing sembarangan,berkata kotor dan juga memakai pakaian berwarna hijau serta pantang menggunakan atau mengambil ranting dan batang kayu kepuh.

“Kejadiannya sudah lama.Ada warga disini yang mengambil kayu dari sekitaran petilasan,malamnya orang itu didatangi harimau.Ada juga yang waktu dipetilasan melihat harimau,itu karena pengunjung kencing sembarangan,dan kajidian itu berulang-ulang,” tuturnya.

Menurut Sularto hingga saat ini khususnya malam Selasa Kliwon petilasan Mbah Kajoran masih digunakan untuk kegiatan ritual oleh pengunjung.

Kepercayaan lain kata Sularto terkait Bumi Angker adalah pantang bagi pejabat eselon III ke atas menginjakkan kakinya di bumi perdikan itu.Sebab,jika dilanggar orang atau pejabat itu akan turun pangkat atau dipindah tugas.Sampai saat ini tutur dia,belum ada pejabat sekelas Danramil,Dandim,Kapolres atau Camat singgah di dusun itu.

“Kalau pejabat eselon III ndak yang kesini.Tapi kalau mau jadi pejabat biasanya ke sini,” imbuhnya.

Related Posts

Leave a Comment