foto: istimewa
Wonogiri-Warung Mbah Nemleg yang berdiri di Dusun Batu Kidul, Desa/Kecamatan Baturetno, Wonogiri. Warung yang berdiri sejak tahun 1937 itu menyajikan kuliner spesial yakni Pecel Empal.
Pengelola Warung Mbah Nemleg, Sri Sudarsih (62) menjelaskan,warung itu merupakan peninggalan neneknya. Dulu warung itu hanya sebuah gubug yang berdiri di bawah pohon kweni.
“Awalnya simbah saya, Mbah Sonojoyo. Dulu berjualan wedhang dan berbagai makanan tradisional di sebuah gubug,” kata Sri Sudarsih(17/7).
Menurutnya gubug kecil itu awalnya menjadi ampiran para blantik(pedagang ternak) dari wilayah Pacitan, Eromoko, Tirtomoyo dan sejumlah daerah lain di sekitaran Baturetno.
Warung tersebut kemudian dilanjutkan oleh putri Mbah Sonojoyo, yaitu Mbah Katinem atau yang disebut Mbah Nemleg. Sejak saat itu, pecel menjadi menu andalan disana.
“Jaman ibu saya, pelanggan kebanyakan pesan makan pecel pakai empal itu. Sampai saat ini diteruskan, saya tidak meninggalkan khas ibu saya, yakni pecel, terik, empal itu pasti ada,” jelasnya.
Lebihlanjut Sri Sudarsih menuturkan, tak ada yang membedakan bumbu di Pecel Mbah Nemleg dengan pecel-pecel lain. Hanya saja Pecel Nemleg menggunakan kencur dan jeruk purut yang menjadi khasnya.
Selain pecel, yang menjadi menu andalan disana adalah teh ginastel, atau teh yang legi panas kenthel (manis, panas dan kental). Hingga saat ini kata Sri,bumbu warisan leluhurnya masih tetap terjaga.
“Dulu sebelum pandemi ramai banget. Setelah pandemi ini belum pulih seperti dulu.Tapi saat ini ya alhamudulilah,” terangnya.
Ditambahkan,Warung Mbah Nemleg buka hari Senin sampai Sabtu mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB.Lokasinya pun cukup mudah dicari yakni berada disisi timur jalan raya Baturetno-Pacitan atau satu kilometer dari Pasar Bung Karno.
“Satu porsi pecel Rp 5 ribu rupiah, itu sudah termasuk dengan tempe atau tahu bacem dan telur.Kalau lauk empat Rp 25 ribu per porsinya,itu sudah termasuk minumnya,” pungkasnya.
