Wonogiri-kabarwonogiri.com-Sosok pensiunan PNS di Kecamatan Baturetno ini rela mengahabiskan masa pensiunnya demi melestarikan budaya jawa didaerahnya.Ya,KRAT Edy Basuki Montro Suwiryo Adinagoro namanya.
Ratusan sarjana telah lulus pendadaran budaya jawa di Pasinaon Hamicara Omah Pawukon yang didirikannya sejak beberapa tahun lalu.Uniknya,didalam belajar budaya itu para siswa tidak dipungut biaya alias gratis.
“Intinya ngrembakaaken(melestarikan-red) budaya jawa. Contohnya saja, saat dipergaulan setiap hari,banyak kalimat jawa yang kurang benar diucapkan. Nah, ini bisa membuat kita malu. Kalau maknanya, budaya itu pangolahing budi,” ujar KRAT Edy Basuki Montro Suwiryo Adinagoro saat ditemui awak media ini di Baturetno, Rabu (10/7).
Pria yang karib disapa Pak Bas ini mulai mendirikan Pasinaon Hamicara Omah Pawukon sejak tahun 2014 lalu, di Dusun Pagersari Desa Belikurip Kecamatan Baturetno.Peserta didik yang mengikuti kegiatan tersebut berasal dari berbagai kalangan.Baik warga asal Baturetno,Paranggupito,Pracimantoro,Girimarto maupun dari luar Wonogiri seperti Kabupaten Karanganyar.
Pensiunan tenaga pendidik alias guru itu menyebut, dalam Pasinaon Hamicara Omah Pawukon itu peserta didik digembleng terkait budaya jawa seperti bahasa jawa, budaya jawa, unggah-ungguh, tata krama, parama sastra, tata busana, hamicara, perilaku dan pusaka.
“Ini sudah wisuda angkatan yang ke 10.Setiap angkatan total jam pembelajarannya 42 jam atau 14 kali pertemuan.Dua kali dalam satu minggu,malam Selasa dan malam Jumat,” tuturnya.
Menurut dia,sejak Pasinaon Hamicara dibuka sudah ada 138 sarjana yang lulus pendadaran.Adapun materi yang diajarkan bersumber dari pakem Keraton Kasunanan Surakarta.Selain teori tutur Edy,siswa juga diwajibkan melakukan praktek langsung semisal dalam pembelajaran tata busana jawa dan hamicara(berbicara jawa).
“Khususnya di Pawiyatan Marcukondo di Keraton Kasunanan Surakarta.Disana(Marcukundo-Red) lebih lengkap materinya,” kata dia.
Selama belajar di rumahnya, para siswa tidak dikenakan biaya sepeser pun. Namun, ada kelengkapan lain yang harus dicukupi oleh siswa itu sendiri.
“Tetapi untuk kebutuhan pribadi, blangkon dan busana jawa dibeli sendiri. Ya, biar ada kesan sakral di saat telasan atau saat wisuda dilakukan bancaan sebagai ungkapan syukur dengan cara umbrukan atau gotong royong,” terangnya.
Ketika ditanya apakah saat ini budaya jawa sudah mulai luntur terkikis akan budaya barat? KRAT Edy Basuki menyatakan bahwa saat ini justru budaya jawa semakin membumi.
“Namun, orang jawa pribadi itu kan sebenarnya tidak suka dimanja. Makanya ada perumpaan ketika orang jawa mengenakan senjata keris itu dipakai di belakang, artinya itu tidak sesungaran (sombong). Ada lagi soal ngapurancang (posisi tangan). Tangan kiri berada di depan tangan kanan di belakang. Artinya, keburukannya diperlihatkan dan kebaikkannya disembunyikan,” pungkasnya.