Potret Kampung Wayang Kepuhsari Manyaran

by Tarmuji

Wonogiri-kabarwonogiri.com- Masyarakat di Desa Kepuhsari Kecamatan Manyaran yang memiliki nama beken kampung wayang ini disebut telah mengenal kerajinan wayang kulit sejak abad 17.Hasil seni tatah dan sungging mereka pun telah dikenal hingga mancanegara.

“Sejak sesepuh dulu. Saya ini sudah keturunan ke 19 sebagai pembuat wayang di kampung ini,” kata Koordinator Kampung Wayang Retno Lawiyani saat dijumpai kabarwonogiri.com dikediamannya, Selasa (7/11).

Dijelaskan, dulu pada abad 17 penduduk di Kepuhsari masih sedikit. Konon, dulu wayang masuk ke Kepuhsari dibawa oleh para wali dalam menyebar agama Islam.
Pada saat itu, lanjut dia, wayang dianggap efisien dalam menyebarkan ajaran. Saat mengumpulkan masyarakat jika ada pertunjukan bisa lebih mudah dalam menyampaikan ajaran.

Selain itu, kata Retno, dulu Kepuhsari juga merupakan daerah yang disinggahi Raden Mas Said.Bahkan,ada cerita jika cikal bakal kampung itu erat kaitannya dengan Kerajaan Mataram. Ada beberapa hal dari Mangkunegaran yang sama keadaannya dengan di Kepuhsari.

“Kemarin dari Mangkunegaran menelusur ke sini. Ada situs, batik, makanan khas dan wayang yang berhubungan dengan trah Mangkunegaran. Ternyata ada hubungan dengan wayang Mangkunegaran, seperti ukirnya, pakemnya juga sama,” bebernya.

Peluang ini kata Retno,ditangkap oleh perajin wayang setempat.Lalu,pada 2011 silam mereka sepakat membuat sebuah paguyuban yang menggagas bedirinya kampung wayang.

“Lalu pada 2014 dilounchinglah kampung wayang.Awalnya kan hanya tempat jual beli wayang.Akhirnya dirintis seperti paket wisata edukasi budaya.Kemudian dikonsep lagi dengan adanya pelatihan menatah,membuat pola wayang,sungging atau mewarnai dan penyediaan akomodasi seperti homestay dan kuliner,”ujarnya.

Retno menceritakan,saat ini jumlah perajin wayang di Kepuhsari berjumlah sekitar 78 orang. Pasalnya jumlah itu telah menurun.Lantaran banyak yang merantau, terutama ke Jawa Timur.

“Di sana ada semacam bos yang mempunyai modal tinggi mampu bayar. Akhirnya sebagian ke sana. Itu pemahatnya dari sini,” katanya.

Adapun bahan yang digunakan untuk membuat wayang di Kepuhsari terbuat dari kulit sapi dan kerbau. Harga setiap tokoh wayang berbeda. Tergantung ukuran dan jenis tokohnya. Mulai dari Rp 750 ribu hingga Rp 6 juta per biji.Sementara,untuk satu kotak paket lengkap bisa sampai Rp 200 juta hingga Rp 300 juta.

Retno mengaku usaha perajin wayang didesanya sempat terpuruk saat pandemi covid-19.Kini kata Retno usahanya itu mulai menggeliat meski tidak signifikan.

“Untuk kunjungan turis asing paska covid-19 ini baru sekitar empat orang seperti dari USA dan Rusia.Mereka disini ada yang satu hari,jadi ndak cuma pesan wayang tapi mereka datang kesini sambil belajar seni tatah dan sungging,” bebernya.

Lebihjauh Retno mengatakan,ada sejumlah turis asing yang sengaja datang ke sanggarnya karena keluarga mereka dahulu pernah datang ke kampung wayang dan membawa buah tangan berupa wayang kulit.

“Ada juga orang mancanegara entah itu pecinta wayang atau kolektor yang pesan wayang ke kami pada saat tiba di Indonesia.Kemudian setelah jadi saya kirim ke lokasi turis itu menginap,” paparnya.

Terpisah,Camat Manyaran Totok Tri Mulyarto mengatakan,saat ini pihaknya tengah berupaya mengembalikan eksistensi kampung wayang paska dihantam pandemi covid-19.Adapun langkah jangka pendek yaitu merintis dengan mengadakan paket wisata edukasi dikalangan pelajar.Dikampung wayang,pelajar akan mendapatkan edukasi tentang pembuatan pola wayang,menatah dan mewarnai wayang.

“Setelah itu nanti kita berkembang untuk mengepush,mengenalkan kembali kampung wayang melalui media digital.Sebelumnya para perajin wayang sudah dikenalkan oleh pemerintah dengan pelatihan digital marketing,” imbuhnya.

Related Posts

Leave a Comment