Wonogiri-kabarwonogiri.com- Perjalan wisata religi kali ini bakal mengulas sejumlah petilasan di Kabupaten Wonogiri.Dimana,banyak petilasan yang saat ini menjadi ikonik daerah dan dijadikan sebagai obyek wisata.
Salah satu obyek wisata akan kita ulas adalah obyek wisata religi yakni Umbul Nogo yang terletak di Desa Karanglor Kecamatan Manyaran.
Obyek wisata ini diyakini oleh sebagian orang memiliki daya magis pinunjul(tinggi) sehingga cocok untuk ritual.Ada kisah bahwa Umbul Nogo disebut terjadi dari sebuah degan(kelapa muda) yang tertancap tongkat dari pengikut putra dari Kerajaan Mataram Kuno.
Sesepuh Desa Karang Lor Saryanto mengisahkan,keberadaan Umbul Nogo disebut sudah ada sejak berabad-abad lalu.Bahkan ada kaitannya dengan jaman kerajaan-kerajaan yang berkuasa ditanah Jawa.Diantaranya,seperti Kerajaan Mataram,Keraton Mangkunegaran Surakarta hingga adanya kisah Prabu Brawijaya yang terakhir.
“Memang diarea umbul Nogo ini ada sejumlah tempat yang memiliki kodam bagus.Tapi,tidak sembarang orang bisa menyaksikan perwujudan para kodam disini,” ujar sesepuh Desa Karanglor Saryanto saat dijumpai wartawan di Umbul Nogo,Senin(22/7).
Umbul Nogo sendiri terdiri dari dua kolam.Kolam pertama dibagian atas lalu kolam kedua dibagian bawah.Selain obyek wisata,Umbul Nogo juga merupakan tempat ritual.
Selain peziarah lokal Wonogiri kata Saryanto,ada yang dari kota-kota besar seperti Jakarta dan lainnya.Tapi paling banyak dari Jogyakarta.
“Kalau ritual disini ada pantangannya,setiap peziarah diminta untuk rendah diri,tidak berkata kotor dan tidak sombong,” jelasnya.
Menurut dia,kebanyakan para peziarah atau orang yang memiliki hajat datang ke tempat itu disaat malam hari.Ia mengatakan,jika peziarah itu adalah trah raja-raja Mataram maka dapat dipastikan mereka akan mendapatkan bonus berupa penampakan atau didampingi kodam leluhur Mataram Kuno.
“Saya sendiri yang mendampingi para peziarah.Paling banyak itu waktu malam Jumat.Tapi sebenarnya selain malam jumat juga bisa,namun pintu gerbang umbul ini dibuka saat malam jumat saja,” tuturnya.
Saryanto yang juga Sekretaris Desa(Sekdes) Karanglor menuturkan,berdasar cerita dari juru kunci Umbul Nogo yakni almarhum Mbah Imo Sukarto,adanya umbul ini bersandingan dengat kisah Pangeran Pekik putra dari Keraton Mataram Kuno dengan dua abdi dalemnya Ki Merkak dan Ki Jebres yang mengembara mencari keberadaan pujangga di Kahyangan Dlepih Tirtomoyo yaitu Eyang Sidik Permono atau Sidik Wacono.Tujuan dari pangeran Mataram yang dikabarkan cacat netra itu adalah ingin bertemu dengan Sidiq Permono untuk mencari tombo(obat) agar indra penglihatannya pulih kembali.
Menurut dia,ada sejumlah tempat wingit yang tercipta dari potongan tubuh tunggangan Pangeran Pekik berupa gajah dan Putri Kencono yaitu seekor ular naga.
Dimana,sebelumnya kedua binatang itu perang sampyuh.
Seperti punggung gajah sendiri dikisahkan menjadi Gunung Gajah Mungkur,pethit ular Naga(ekor Naga) menjadi sebuah tempat di Baseng,Selogiri.Lalu,kepala gajah dan ular naga jatuh dilokasi umbul nogo.
Saryanto mengatakan,awalnya kepala gajah dan ular naga yang berbentuk arca itu ada dilokasi pancuran yang terdapat di Umbul Nogo,namun kedua benda itu hilang dicuri orang.
“Miturut ceritane,umbul yang paling atas ini tercipta dari buah kepala muda yang terkena tongkat dari abdi Pangeran Pekik.Katanya,usai tertancap tongkat pengikut sang pangeran lokasi ini muncul sumber air sangat besar bahkan sempat terjadi banjir bandang.Setelah diberi tumbal kambing kendit,dandang tembaga dan ijuk barulah sumber ini mampet,tidak banjir lagi dan sekarang menjadi sumber penguripan(sumber kehidupan),” tuturnya.
Ditambahkan,disaat tertentu masyarakat sekitar masih melakukan satu ritual bersih dusun.Dimana warga menggelar bancaan atau kendiri di umbul itu.Namanya tradisi rasulan atau merti dusun.Makna dari kegiatan ini adalah satu bentuk wujud syukur terhadap Tuhan atas limpahan karunianya.
“Setiap peziarah yang datang disini selalu saya sarankan agar memanjatkan doa kepada Tuhan.Jangan minta sama penunggu disini,bahkan ini eyang-eyang(kodam) di umbul nogo ini berpesan agar tidak memberi sesajen seperti bunga atau sebagainya.Tapi,kalau ada keikhlasan peziarah mintanya hanya kopi hitam pahit,itu saja,” tandasnya.